Puncak Sumbing?

Setelah lama diskusi dan selesainya tugas akhirnya puncak sumbing siap untuk kami daki.
Cerita ini hanya akan menceritakan yang indah, sebab yang tidak indah ternyata indah.seperti kaki sakit ternyata juga indah bagi pedagang koyo,yang jika mungkin tidak indah semoga tidak bikin susah orang lain.

Menginap dirumah teman,berangkat dengan carter angkot,naik kereta,berhenti dibeberapa stasiun,beli kopi dan roti,dan sampai distasiun akhir. Sewa mobil bak untuk perjalanan menuju basecame,dijalan ternyata masi banyak bintang dilangit, Alhamdu lillah,setidaknya lagu bintang kecil tidak begitu terdengar utopis.

Pagi kami mendaki,banyak oksigen disini, dan perjalan terus berlanjut hingga malam dan mulai mendirikan tenda. Gelap, sunyi, dingin, hujan, dan kenyang karena mamasak tanpa henti. Pagi tiba matahari belum tinggi saat saya bangun dan pergi dari tenda cari tempat sepi dan diam berjam jam sambil melihat matahari pagi.

Perjalanan dilanjutkan menuju puncak, di pos terakhir sebelum puncak kami berhenti dan membuat coklat hangat,saya tidur ditempat yang berjarak beberapa meter dari mereka.
Saya bangun, Minum coklat hangat, dan diskusi dengan kesimpulan kita tidak ke puncak dengan kesepakatan bersama kami turun, kecewa pasti.

Menuju ke tenda karena tenda ditinggal dibawah. Menghabiskan makanan, turun setelah merapikan semuanya. Saat jarak sudah dekat badai datang, Tapi gatau itu badai atau bukan saya gatau indikator yang menspesipikasi itu badai atau cuma hujan dan angin. Malam datang, Saya senang karena senter yang baru dibeli jadi berguna. Menunggu hingga hujan aga reda dan melanjutkan perjalanan. Sampai dibascame rapi-rapi, ngteh, makan, tidur di Sb yang akhirnya Sb ini dipake setelah saat ditenda mengunakan Sb yang gatau punya siapa haha.

Siang kami pulang, Sampai distasiun, Makan tahu sumedang, tidur, istirahat, beli kopi dan lanjutkan perjalanan dan sampai.




Lebih baru Lebih lama