Algoritma Etis



Sosial media menurutku adalah Algoritma etis. Sungguh revolusioner bukan? Ada sebuah etis yang tersistem dalam sebuah sususan angka dan simbol. Tapi seperti seseorang dalam seminar yang pernah ku dengar "Dahulu nenek moyangku juga begitu".

Kita sering berdebat soal Tools baru yang muncul atau kalau kita lebih rinci sebuah Algoritma baru. Tapi seperti apa jika ia sudah pada tahap mengubah etis dan tak etis. Silakan kalian lihat di sosial media. Tidak perlu seorang ahli genetika atau seorang Doktor untuk memahami bagaimana pola etis dan tak etis yang dibangun dalam pagelaran besar dunia baru ini.

Etis anggaplah baik, tidak etis anggaplah buruk. Berbeda dengan salah dan benar. Garis abu-abu inilah yang Algoritma etis pegang.

Mari kita bahas musik, dari mana kalian bisa simpulkan salah satu diantara musik tersebut adalah musik keren dan tidak keren. Baik dan buruk. Oke mari kita kerucutkan, ya dari cara bermainya. Oke, lantas garis apa yang dimaksud cara mainnya? Itulah algortima etis yang kita lihat sejak era baru dunia kedua. Lantas apa yang membedakannya "dahulu nenek moyangku juga begitu". Mereka tersusun dengan simbol dan angka yang tersusun secara sistemis dengan Sebuah Big Data.

Bayangan Kepemilikan Big Data yang kemudian digabungkan dan disusun dalam sebuah Pagelaran sebuah Algoritma Etis?

Lebih baru Lebih lama