Semakin cepat gerak semakin banyak margin of error. Begitulah yang terjadi, kita adalah generasi itu.
Siapa yang mengatakan teknologi pasti menang? Saya katakan belum tentu. Bisa saja orang tua di jepang yang sudah begitu kaya hanya akan ingin hidup tenang sambil meminum secangkir minuman kesukaannya, dan tentu saja Kapital baru ini bisa saja “malas”.
Semua orang bicara tentang kemenangan teknologi, sekan begitu saja tidak relevan jika tidak demikian, jawababnya adalah “ya” kita tidak akan relevan, tapi apakah benar itu satu-satunya jalan? Tentu saja tidak. kita harus lihat bagaiman Hitler mengunakan “genetika” dan musuhnya disebarang yang berbeda secara implementasi. Dan margin besar itu bernama “ideologi”.
Teknologi super cangih hingga hari ini hanya alat,
pengaturnya adalah “imajinasi manusia”, pola alam pikir abstrak yang secara
unik bisa kita sepakati.
Uang adalah sebuah imajinasi besar buah karya sapiens. Sebab itu, berhenti bilang jangan banyak bicara, banyak bekerja. Tetapi banyak bicara dan banyak bekerja. Kita semua butuh pemikir “imajinasi” agar ide menjadi Demokratis. Dan seperti api yang akhirnya mempersingkat kunyahan kita dalam memakan daging, ide yang ter Demokratisasi akan melahirkan sebuah pagelaran perang paling indah. The beauty of violence.