Ah ternyata Jakarta masih ramah

Dengan motor ku dan helm yang baru ku dapat dari Hadiah seseorang, bersamaan dengan kacamata hitam yang ku ambil dari perlengkapan Ayahku aku berjalan mengitari Jakarta tercinta.

Ternyata Ia masih ramah, masih banyak pedagang dengan sepeda sederhannya, kuda-kuda masih bulak balik depan istana, atau sekedar penjual Peci di sekitaran Istiqlal. Ia masih ramah, Monaspun sepertinya masih murni emas, tak terkecuali stasiun yang masih didatangi Orang-orang.

Bersama Seseorang dengan pelukkan yang terasa nanggung karena kadang dipeluk dan kadang dilepas, Jakarta masih ramah. Orang-orang tak punya masih berdampingan dengan orang-orang kaya, pedagang masih berdampingan dengan Pembeli, Pemerintah yang masih berdamping mendengar suara hati masyarakat.

Jakarta masih ramah, untuk mereka.
Lebih baru Lebih lama