Suatu hari seseorang bilang “Aku tau nim dan alamat kamu”, aku
tak kaget karena dizaman dengan Big data seperti hari ini, Privasi hanyalah kefanaan.
Kita memang harus berhijrah dari katronya kegelisan-gelisan
serba materil ke hal yang lebih subtansial. Tapi apa daya kita dikurung dalam
sebuah pertunjukan besar dengan pemodal dan ambisi-ambisi yang entah apa.
Indonesia hari ini telah menyampaikan hal-hal ini, jika demo
98 untuk hak-hak politik, maka demo hari ini yang dilakukan Mahasiswa adalah
demo untuk hak-hak sipil. Tentu dengan sejuta masalah yang tak kunjung
diselesaikan seperti Saudara kita di papua dan tentu Korupsi yang entah mau
dibawa kemana.
Senjata bukan lagi Segudang peluru atau rudal-rudal, walapun
pada kenyataannya memang tak pernah demikian, ia produk dari esensi senjata. Hari
ini Tweet mu, atau stories Instagram, dan foto lama yang bertahun-tahun lalu
bisa menjadi Nuklir-nuklir untuk dirimu sendiri.
Demo hari itu adalah Big Data untuk memperingatkan kita
semua bahwa rakyat bisa melawan, sehingga wakil-wakli kita menjadi tau diri
akan siapa dirinya. Sebab bagiku parlemen jalanan adalah suci.